6 Alasan Kenapa Makan di Kaki Lima Lebih Seru dan Menyenangkan. Kalau Tahu Alasannya Begini, Masih Harus Makan Di Restoran Kekinian?

Untuk usia muda zaman sekarang atau biasa disebut Gen Z dan Milenial, acara pergi makan bersama teman-teman maupun sendirian, menjadi hal yang spesial dan menyenangkan. Meski menyenangkan sejujurnya bisa juga menjadi hal yang ribet dan menyebalkan.

Bagaimana tidak? Satu acara makan-makan saja bisa membuat ribet dan rumit bahkan rumitnya mengalahkan sistem birokrasi. Harus mulai cari tempat yang Instagram banget sampai ketersediaan WiFi. Lho ini mau makan atau mau sosmed-an? Kamu mungkin punya jawaban, “Ya, dua-duanya lah! Kan rugi sudah keluar rumah tapi cuma beli makan saja.” Iya kok, memang tidak ada yang salah. Dari waktu ke waktu gaya hidup dan kebutuhan manusia terus berubah. Dan ini salah satunya; makan sekaligus main sosial media.

Tapi, setelah melihat teman-temanmu atau bahkan kamu sendiri yang doyan makan di restoran kekinian, rupanya masih ada juga kan bahkan banyak mereka yang masih suka beli makan di pinggir jalan alias ngemper. Tanpa pusing-pusing memikirkan desain restoran sama WiFi. Kira-kira kenapa ya? Simak ulasannya berikut ini.

 

1. Mau beli banyak, harga murah? Pedagang kaki lima memang tempatnya 

Murah meriah. Foto diambil dari tripadvisor.co.uk

Harga makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima memang terbilang murah meriah. Paling mahal, mungkin lima puluh ribu dan ini pun sudah dapat macam-macam. Kira-kira kenapa ya?

Sederhananya, kalau makan di restoran, kita diwajibkan membayar pajak dan sarana-sarana lainnya. Nah, ini yang nggak ada di warung pinggir jalan.

 

2. Porsi jumbo harga miring, siapa yang tidak ingin? 

Soto ayam Surabaya porsi jumbo. Foto milik Yuniari Nukti diambil dari Flickr.com

Pedagang kaki lima terkenal karena harga murah porsi jumbo. Nah, kalau yang begini ini yang selalu jadi incaran mahasiswa pun anak kosan. Bener nggak?

Karena faktanya, porsi jumbo restoran memang sama dengan porsi jumbo warung pinggir jalan, hanya beda harga yang membuat pedagang kaki lima menjadi daya tarik banyak orang.

 

3. Makanan lokal dan sederhana memang favoritnya orang indonesia, ini lho yang dijual oleh pedagang kaki lima 

Tahu Tek memang makanan sederhana dan nggak neko-neko. Foto milik Yuniari Nukti diambil dari Flickr.com

Sebetulnya orang Indonesia itu sederhana lho dan bukan orang yang neko-neko. Coba saja baca pengalaman orang-orang Indonesia yang pernah tinggal di luar negeri, yang sering mereka bicarakan adalah makanan Indonesia seperti pecel, nasi padang, nasi goreng, rendang, soto, lodeh, rawon, bakso, ketoprak, lontong balap, krengsengan, sampai penyetan pun pasti dirindukannya. Lha kan orang Indonesia ternyata masih suka sama produk lokal.

Oleh karena makanan di atas banyak dijual oleh warung kaki lima, makannya warung kaki lima selalu jadi andalan untuk menemukan menu lokalan. Kalau restoran kekinian kebanyakan menu-menu yang dijual berasal dari luar negeri yang serba ribet. Ribet namanya, ribet penyajiannya, ribet cara makannya, dan ribet pula harganya.

Belum lagi urusan rasa. Lidah orang Indonesia terbiasa dengan makanan dengan bumbu yang tajam. Kalau kamu berkali-kali makan makanan dari luar negeri yang identik dengan rasanya yang serba melt, yakin deh pasti bilang makanan dari luar negeri nggak ada rasanya.

 

4. Dalam kamus pedagang kaki lima, pelanggan setia sesekali harus diperlakukan istimewa. Kalau di restoran kekinian mana ada? 

Ilustrasi: pedagang Ketoprak. Foto milik Randy Abimanyu diambil dari Flickr.com

Pedagang kaki lima biasanya memberi bonus ke pelanggan setianya sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah percaya. Bonus yang diberikan macam-macam juga, bisa seporsi makanan, minuman, porsi makan yang dilebihkan, diskon, sampai diperlakukan lebih istimewa oleh penjualnya juga termasuk bonus lho. Hal ini diharapkan supaya pelanggan setia terus berkenan membeli produk yang dijualnya sampai menambah jumlah pembeli kalau bisa. Wah, brandingnya bijak kan?

 

5. Filosofi pedagang kaki lima itu praktis dan sederhana, kegiatan makan-makanmu jadi lebih nikmat tanpa tuntutan ngeksis di sosial media 

Kalau kondisinya remang-remang begini, memang fotonya bagus? Foto milik @BlusukanPASAK dari Twitter

Pedagang kaki lima mana sih yang bela-belain pasang WiFi sampai latar foto yang Instagramable? Nggak ada kan. Prinsip mereka adalah makan ya makan saja, tidak harus difoto-foto dulu lalu di unggah ke Path, Instagram, Facebook, atau Twitter.

Yang harus kamu lakukan saat makan adalah berdoa, kemudian cicipi, lalu makan, bukan ngeksis di sosmed dulu. Kamu nggak malu kalau kebetulan makanannya nggak enak tapi kamu sudah terlanjur upload dan kasih testimoni di sosmedmu? Jangan sampai ya.

 

6. Pedagang kaki lima itu mudah ditemukan di mana-mana 

Dimana-mana ada. Foto milik Marji Lang diambil dari Flickr.com

Dan yang terakhir, pedagang kaki lima itu mudah ditemukan di mana-mana. Kalau begini jadi nggak susah, hemat waktu dan tenaga. Tinggal pilih mana yang menurutmu enak.

 

Setelah baca 6 ulasan di atas, meskipun kamu suka makan di warung kaki lima, jangan abaikan soal kebersihan ya. Rasa, porsi dan harga boleh jadi incaran, tapi soal kebersihan tidak boleh dibaikan.

Tinggalkan komentar